Pagi itu, Minggu 10 Agustus 2025, Pantai Sunrise Land Lombok di Dusun Montong Meong, Desa Labuhan Haji, tampak lebih ramai dari biasanya.
Suara deburan ombak bercampur dengan hentakan pukulan sarung tinju dan teriakan semangat para fighter. Di bawah langit biru yang cerah, tiga klub boxing ternama di Lombok Timur, Rajawali Camp Fighter, Rinjani Muaythai Boxing Club, dan Lotim Boxing Club berkumpul untuk menggelar latihan bersama.
Bukan sekadar pemanasan. Latihan itu adalah bagian dari persiapan menuju acara besar pada peringatan Hari Kemerdekaan, 24 Agustus mendatang.
Di tanggal itu, Sunrise Land Lombok akan menjadi tuan rumah dua event spesial Sparing Partner Exhibition dan pelepasan anak penyu (tukik) ke laut lepas.
Dua kegiatan dengan nuansa berbeda adu fisik di ring tinju dan pelepasan makhluk mungil ke alam bebas, namun sama-sama sarat makna perjuangan dan kebebasan.
“Para fighter akan berjuang untuk menang, sementara tukik akan merasakan kebebasan di habitat aslinya,”Ucap Direktur Sunrise Land Lombok, Qori' Bayyinaturrosyi, saat ditemui di lokasi.
Event sparing partner nanti akan diikuti 50 petarung, mempersembahkan berbagai cabang seni bela diri mulai dari Basic Boxing, Kick Boxing, Muaythai, Striking, Mixed Martial Arts (MMA), hingga Belanjakan.
Tidak hanya fighter profesional, masyarakat umum pun akan diberi kesempatan untuk naik ring.
“Konsepnya sederhana siapa yang siap, daftar di lokasi, lalu langsung fight,” jelas Qori, sambil menegaskan bahwa duel akan dipandu wasit bersertifikasi dan diawasi tim medis dari tiga klub tersebut.
Persiapan sudah matang. Pemerintah Kabupaten Lombok Timur pun telah diajak berkoordinasi, bahkan Bupati H. Haerul Warisin direncanakan akan hadir.
“Kita ingin ini bukan hanya hiburan, tapi juga edukasi dan promosi olahraga bela diri,” tambah Qori.
Bagi Qori, acara ini punya misi lebih dalam. Ia ingin masyarakat mengetahui bahwa di Lombok Timur ada klub-klub bela diri yang serius membina atlet. Dari klub seperti ini, bisa lahir petarung berkelas nasional seperti Ferian Hidayat, fighter asal Masbagik, yang dulunya juga berlatih di klub lokal.
Ia berharap pemerintah memberi perhatian lebih. “Olahraga ini diinisiasi komunitas, dengan fasilitas seadanya. Tapi semangatnya luar biasa,” ujarnya.
Selain aksi di ring, pelepasan tukik juga akan menjadi momen emosional. Anak penyu yang selama ini dirawat oleh komunitas setempat akan dilepas ke laut, mengarungi samudra untuk memulai kehidupan barunya. Simbol sempurna bagi semangat kemerdekaan bebas, mandiri, dan penuh tantangan.
Ketika matahari sore mulai condong ke barat pada 24 Agustus nanti, Pantai Sunrise Land Lombok bukan hanya akan menjadi arena pertarungan fisik, tetapi juga panggung perayaan alam, perjuangan, dan kebersamaan.
Di bawah langit merah senja, suara sorakan penonton, deburan ombak, dan derap langkah para fighter akan bersatu dalam satu irama merayakan kemerdekaan dengan cara yang unik dan penuh makna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimaksih Sudah Berkunjung di Website Kami