NusraID - Sore itu, debur ombak pesisir Lombok Timur berpadu dengan langkah-langkah mahasiswa berseragam almamater biru. Di bawah cahaya matahari yang perlahan redup, Sunrise Land Lombok menjadi ruang belajar terbuka bagi mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Mataram (Unram), Sabtu (13/12/2025).
Sebanyak 53 mahasiswa semester III dari dua kelas mengikuti kuliah lapangan mata kuliah Ekowisata dan Jasa Lingkungan. Bukan sekadar kunjungan, kegiatan ini menjadi pertemuan antara teori di ruang kelas dan realitas di lapangan tempat alam, masyarakat, dan ilmu pengetahuan saling berkelindan.
Di sela angin pantai yang lembut, dosen Praktisi Universitas Mataram, Qori Baiyinaturrosyi. Kuliah lapangan ini merupakan bagian dari Rencana Pembelajaran Semester (RPS) yang mensyaratkan adanya praktik lapangan sebagai indikator pembelajaran.
Qori menjelaskan, kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa tidak hanya memahami teori di dalam kelas, tetapi juga melihat langsung implementasi prinsip-prinsip ekowisata di lapangan.
“Hari ini saya mengajak mahasiswa Kehutanan Fakultas Pertanian Unram untuk melakukan kuliah lapangan di Sunrise Land Lombok pada mata kuliah Ekowisata dan Jasa Lingkungan. Tujuannya agar mahasiswa tidak hanya menerima teori, tetapi juga melihat langsung dan mempraktikkan prinsip pengelolaan ekowisata,” ujarnya.
Ia menambahkan, salah satu prinsip penting yang dipelajari adalah pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata.
“Mahasiswa bisa melihat bagaimana pengelolaan Sunrise Land Lombok melibatkan masyarakat lokal secara aktif. Selain itu, ada prinsip pelestarian lingkungan yang langsung mereka praktikkan melalui penanaman pohon sebagai bagian dari jasa lingkungan,” jelasnya.
Menurut Qori, kawasan pesisir Sunrise Land Lombok memiliki potensi alam yang besar sebagai daya tarik wisata.
Oleh karena itu, pelestarian lingkungan menjadi tanggung jawab bersama antara pengelola dan masyarakat sekitar.
Sementara itu, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Pertanian Unram, Dr. Hairil Anwar, S.Hut., M.P., mengapresiasi pelaksanaan kuliah lapangan tersebut. Ia menilai kegiatan ini bukan sekadar memenuhi kewajiban akademik, tetapi juga menunjukkan komitmen Jurusan Kehutanan Unram dalam memberikan dampak nyata bagi lingkungan.
“Kegiatan seperti ini sangat penting karena tidak hanya melengkapi tuntutan studi, tetapi juga menunjukkan aksi nyata mahasiswa Kehutanan Unram dalam menjaga dan melestarikan lingkungan,” katanya.
Salah seorang mahasiswa Prodi Kehutanan Unram, Ence Vido Ananta Bijaksana, menjelaskan bahwa dalam kegiatan tersebut mahasiswa melakukan kunjungan edukatif sekaligus aksi konservasi.
“Kami berkunjung ke ekowisata Sunrise Land Lombok untuk melihat bagaimana masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan wisata. Selain itu, kami juga melakukan penanaman pohon waru sebagai bagian dari konservasi pesisir,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, pohon waru (Hibiscus tiliaceus) dipilih karena mampu beradaptasi dengan salinitas tinggi dan sangat cocok ditanam di kawasan pesisir pantai.
“Abrasi di kawasan ini mencapai sekitar 4 sampai 5 meter per tahun. Karena itu, penanaman dilakukan dekat dengan pesisir untuk membantu menghambat abrasi air laut,” jelasnya.
Ence juga menilai kegiatan ini memberikan banyak pemahaman kepada mahasiswa, mulai dari prinsip edukasi, konservasi, partisipasi masyarakat, hingga peningkatan ekonomi lokal yang menjadi ciri utama ekowisata.
Sementara itu, Mahasiswi Kehutanan Unram lainnya, Gian Suhailiana, menambahkan bahwa Sunrise Land Lombok memiliki luas sekitar 7 hektare yang dibagi ke dalam tiga zona, yakni Turtle Point, Sunrise Point, dan Ujung Senja.
“Kami berada di Ujung Senja Point, di mana dilakukan penanaman pohon waru yang disediakan langsung oleh pengelola Sunrise Land Lombok,” ujarnya.
Menurut Gian, kawasan ini menerapkan konsep ekowisata yang berbeda dengan wisata konvensional, karena mengedepankan konservasi, khususnya perlindungan penyu di Turtle Point, serta edukasi dan pelibatan masyarakat.
“Pengelolaan sampah di sini cukup baik, bangunannya juga ramah lingkungan karena masih menggunakan bambu dan atap ilalang. Ini yang membedakan dengan wisata lain,” katanya.
Ia berharap Sunrise Land Lombok dapat terus berkembang tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.
“Harapannya wisata ini tetap ramai dan berkembang, tetapi lingkungannya tetap terjaga dan pengunjung juga ikut menjaga alam,” tutupnya.












Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimaksih Sudah Berkunjung di Website Kami