- -->
  • Jelajahi

    Copyright © NusraID
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan


     

    Petani Kakao Desa Bebidas Bertahan di Tengah Anjloknya Harga, Menyulap Kebun Menjadi Agrowisata

    NusraID
    Minggu, 19 Oktober 2025, 9:00 PM Last Updated 2025-10-19T14:52:01Z
    Di tengah hamparan hijau kebun kakao di Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, aroma biji kakao kering yang dijemur di bawah terik matahari menjadi saksi ketangguhan para petani. Namun di balik kesibukan itu, ada kegelisahan yang tak bisa disembunyikan harga biji kakao kering yang dulu mencapai Rp 100 ribu per kilogram kini terjun bebas ke kisaran Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu
    Foto: Sanusi Ardi Petani Kakau Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur


    NusraID - Di tengah hamparan hijau kebun kakao di Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, aroma biji kakao kering yang dijemur di bawah terik matahari menjadi saksi ketangguhan para petani. Namun di balik kesibukan itu, ada kegelisahan yang tak bisa disembunyikan harga biji kakao kering yang dulu mencapai Rp 100 ribu per kilogram kini terjun bebas ke kisaran Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu.


    “Dulu kami masih bisa tersenyum waktu panen, sekarang ya... pas-pasan,” ujar Sanusi Ardi Wiranata, Ketua Kelompok Tani setempat, sambil menatap lahan kakao miliknya.


    Desa Bebidas memiliki lahan kakao seluas lebih dari 50 hektar, dengan panen yang berlangsung hampir setiap minggu karena tanaman kakao di sini tak mengenal musim. Namun potensi besar itu terhambat oleh keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan pengolahan yang seadanya.


    “Kami masih menjual biji kering ke pengepul. Belum punya alat untuk mengolah lebih jauh. Padahal, kalau diolah jadi cokelat atau minuman, nilainya bisa jauh lebih tinggi,” ungkap Sanusi.


    Sanusi menuturkan, anjloknya harga tak hanya disebabkan oleh rantai distribusi yang panjang, tetapi juga perubahan iklim dan fluktuasi pasar global.


    “Musim yang tidak menentu membuat kualitas biji turun. Katanya juga karena pasar dunia sedang lesu, jadi dampaknya langsung ke kami di bawah,” jelasnya.


    Kondisi ini membuat banyak petani mulai mencari cara agar tetap bertahan. Salah satu langkah kreatif yang muncul dari Desa Bebidas adalah mengembangkan agrowisata kakao mengubah kebun menjadi destinasi wisata edukatif.


    Di lahan seluas dua hektar milik kelompok tani Sanusi, para wisatawan asing kini kerap datang untuk melihat langsung proses budidaya dan pengolahan kakao.


    “Mereka datang dari berbagai negara, biasanya setelah liburan di Bali. Katanya penasaran mau lihat pohon cokelat. Di negara mereka kan yang dikenal itu cuma produk jadinya,” cerita Sanusi dengan bangga.


    Promosi dilakukan secara sederhana, hanya lewat Google Maps dan media sosial. Meski begitu, setiap minggu selalu ada dua hingga tiga rombongan wisatawan yang datang.


    “Biasanya mereka kami ajak keliling kebun, tunjukkan cara memilih biji kakao yang matang, sampai proses mengolahnya jadi minuman cokelat hangat. Seperti wisata kopi, tapi versi kakao,” tambahnya.


    Inovasi agrowisata ini membawa secercah harapan baru bagi para petani Bebidas. Namun, Sanusi sadar bahwa langkah kecil ini tak bisa berjalan sendiri tanpa dukungan yang lebih luas.


    “Kami butuh pelatihan dan alat pengolahan. Dinas pertanian sudah bantu bibit dan obat, tapi kami ingin lebih bagaimana mengolah, memasarkan, dan menciptakan produk unggulan,” ujarnya penuh harap.


    Saat ini, produk olahan yang bisa mereka buat baru sebatas minuman cokelat hangat untuk tamu. Meski sederhana, cita rasanya autentik, berasal dari tangan para petani sendiri yang menanam, memetik, dan mengolahnya dengan cinta.


    Desa Bebidas seolah menyimpan dua wajah, satu tentang perjuangan menghadapi harga yang jatuh, dan satu lagi tentang semangat untuk bangkit lewat pariwisata berbasis kakao.


    “Kalau harga bijinya bisa stabil di atas Rp 100 ribu per kilo, kakao ini bisa jadi masa depan. Tapi kalau tidak, kami harus pintar-pintar cari jalan lain,” kata Sanusi menutup perbincangan, sambil menatap pohon-pohon kakao yang berbuah lebat di hadapannya.



    Komentar

    Tampilkan

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terimaksih Sudah Berkunjung di Website Kami

    Terkini