- -->
  • Jelajahi

    Copyright © NusraID
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan


     

    Repok Literasi Gelar Diskusi Bahas Radikalisme Pemikiran dan Peran Jurnalisme

    NusraID
    Rabu, 12 November 2025, 10:20 AM Last Updated 2025-11-12T05:10:42Z

    Komunitas penggiat literasi, Repok Literasi sukses menggelar diskusi mendalam dalam format podcast bersama perwakilan Pondok Pesantren Ibnu Mas'ud dan Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT).

     

    NusraID - Komunitas penggiat literasi, Repok Literasi sukses menggelar diskusi mendalam dalam format podcast bersama perwakilan Pondok Pesantren Ibnu Mas'ud dan Forum Jurnalis Lombok Timur (FJLT). 


    Diskusi yang berlangsung di Pendopo Repok Literasi, Kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur ini mengangkat tema krusial seputar makna “radikalisme” pemikiran, filosofi penciptaan manusia, serta peran jurnalisme dalam kehidupan sosial.


    Kegiatan ini sekaligus menjadi ruang klarifikasi dan diskursus positif atas anggapan yang sempat dialamatkan kepada Pondok Pesantren Ibnu Mas'ud sebagai lembaga dengan pemikiran ekstrem atau radikal.


    Ketua Repok Literasi, Guru Muhir, dalam pembukaannya menegaskan bahwa radikalisme tidak selalu bermakna negatif. Ia menilai, pemikiran radikal justru esensial untuk mendorong perubahan dan kemajuan.


    “Penting juga berpikiran radikal itu. Kalau pun bagi kami teman-teman jurnalistik, karena kalau tidak memiliki pemikiran radikal maka tidak berkembang. Tapi yang terpenting adalah pemikiran radikal yang membawa perubahan positif,” ujar Muhir, Selasa (10/11/2025).


    Diskusi kemudian berkembang ke ranah filosofis tentang penciptaan manusia. Salah seorang narasumber menyebut bahwa anugerah pertama dari Tuhan adalah Al-Iman (keimanan), namun Muhir memiliki pandangan lain. Menurutnya, anugerah paling utama dari Allah SWT adalah “jabatan” sebagai khalifah di muka bumi.


    “Anugerah yang Allah berikan kepada manusia yang paling utama adalah jabatan khalifah. Itu diartikan sebagai pengganti Tuhan di atas bumi,” jelasnya.


    Lebih lanjut, Muhir mengaitkan peran khalifah ini dengan fungsi jurnalisme, yang menurutnya memiliki fungsi kenabian yakni menyampaikan risalah, informasi baik, janji-janji, sekaligus peringatan dari Tuhan.


    “Sesungguhnya alam semesta adalah ayat-ayat Tuhan. Rasulullah menyampaikan informasi yang baik, janji-janji Allah, dan juga ancaman-ancaman Allah SWT,” imbuhnya.


    Sementara itu, Ketua FJLT Rusliadi menyoroti paradigma lama dunia media yang dikenal dengan adagium bad news is good news. Ia mengajak para jurnalis untuk mulai memproduksi karya-karya inspiratif yang dapat mengubah pola pikir masyarakat.


    “Tidak selamanya berita buruk itu menarik. Justru karya yang bisa menginspirasi orang lain adalah berita yang bagus. Maka kedepankanlah yang positif,” tegas Rusli.


    Ia bahkan mengibaratkan jurnalis sebagai “Abu Hurairah modern” yang bertugas menyebarkan informasi bermanfaat bagi umat.


    “Pikiran yang positif akan melahirkan kata-kata yang positif. Karya jurnalistik yang baik akan mencerdaskan masyarakat,” tambahnya.


    Sebagai penutup, Pengasuh Pondok Pesantren Ibnu Mas'ud, TGH. Fadlullah A. Latief atau akrab disapa Kiyai, menegaskan pentingnya metodologi ilmiah dalam berpikir, dengan menyeimbangkan antara akal dan wahyu (Furqon).


    “Kalau sekuler hanya mengandalkan akal, tapi metodologi ilmiah kaum muslimin ada Furqon yang luar biasa,” ujarnya.


    Kiyai berharap nilai-nilai kebaikan dan rahmat Islam dapat tersebar melalui pendekatan kenabian Rasulullah SAW. Ia menutup dengan harapan agar diskusi-diskusi konstruktif seperti ini dapat terus dilanjutkan demi menciptakan ruang dialog yang sehat dan mencerahkan.

    Komentar

    Tampilkan

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Terimaksih Sudah Berkunjung di Website Kami

    Terkini