NusraID – Di tengah sejuknya udara di Bebidas aroma harum coklat sangrai tercium dari sebuah tungku kayu bakar. Suara tawa wisatawan berpadu dengan denting wajan tanah liat yang digoyang perlahan.
Di sinilah, di Dusun Lendang Nangka, Desa Bebidas, pengalaman tak biasa tersaji, belajar mengolah kakao dengan cara tradisional, seperti yang dilakukan masyarakat lokal selama puluhan tahun.
Anna Chaterina, wisatawan asal Ceko, tak bisa menyembunyikan rasa takjubnya dan teka pernah membayangkan bisa memetik buah kakao langsung dari pohonnya, lalu mengelolahnya dengan tangan sendiri hingga menjadi minuman coklat hangat.
“Ini benar-benar pengalaman yang autentik dan menyenangkan,” ucapnya sambil tersenyum, tangannya masih berlumur sisa bubuk kakao. Kamis (9/10/2025).
Kata dia, berbeda dari wisata modern yang sering ia kunjungi, Agrowisata Kakao di Bebidas menawarkan sesuatu yang jauh lebih berharga serta kedekatan dengan alam dan manusia.
Di lahan seluas dua hektare itu sebutnya, para tamu diajak menyusuri kebun, mengenali buah kakao yang matang, memisahkan bijinya, menjemur, hingga memanggangnya dengan cara tradisional. Tak ada mesin canggih di sini hanya wajan tanah liat, tungku kayu, dan kesabaran.
“Bagi kami yang terbiasa membeli coklat di supermarket, melihat bagaimana prosesnya dari awal hingga akhir sangat membuka mata. Saya kini lebih menghargai setiap gigitan coklat yang saya makan,” kata Anna sambil menyeruput coklat panas hasil racikannya sendiri.
Selain belajar mengolah ia juga diajak menikmati hasil akhir dari perjalanan panjang itu, segelas coklat hangat dengan rasa pekat dan aroma khas.
"Minuman yang diseduh tanpa tambahan bahan kimia atau pemanis buatan itu terasa jauh lebih alami, meninggalkan sensasi hangat yang tak hanya di lidah, tapi juga di hati,"jelasnya
Pengelola Agrowisata, Sanusi Ardi mengaku justru kesederhanaan inilah yang membuat banyak wisatawan asing datang. Kata dia, Mereka tidak hanya ingin berfoto, tapi ingin memahami nilai di balik tradisi di Bebidas.
"Banyak yang bilang, pengalaman seperti ini sulit ditemukan di tempat lain,"ujarnya Sanusi
Menariknya kata Sanusi, meski belum diresmikan secara resmi dan minim promosi, tempat ini justru ramai dikunjungi turis dari berbagai negara. Sebagian besar menemukannya secara tak sengaja lewat peta digital saat menjelajah Sembalun atau kawasan wisata di sekitarnya.
“Yang membuat kami bahagia, banyak yang datang kembali membawa teman atau keluarga. Itu berarti mereka benar-benar terkesan, bukan karena fasilitas, tapi karena keaslian pengalaman yang mereka rasakan,” tambah Sanusi.
Agrowisata Kakao di Bebidas sebut Sanusi, kini menjadi bukti bahwa keindahan Lombok Timur tak hanya ada di pantainya. Di balik kesederhanaan wajan tanah liat dan butir biji kakao, tersimpan kisah tentang kearifan lokal, ketulusan masyarakat, dan rasa syukur yang bisa dirasakan siapa pun yang datang dengan hati terbuka.
"Agrowisata kakao di Bebidas bukti bahwa keindahan di Lombok Timur Tidak hanya di pantainya,"Punkasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimaksih Sudah Berkunjung di Website Kami